Kamis, 16 September 2010

PILAR PILAR TAUHID MENUJU KEBENARAN SEJATI

Di dalam Kehidupan ini segala sesuatunya serba berpasang-pasangan. Jika ada siang pasti ada malam, ada gelap dan ada terang, ada Laki-laki dan ada perempuan, ada benar dan ada salah, ada baik dan ada buruk, ada halal dan ada haram, ada untung dan ada rugi, ada langit dan ada bumi, ada surga dan ada neraka, ada hidup dan ada mati, ada Nyata dan ada Ghoib, ada Zahir dan ada Bathin, ada yang “ADA” dan ada pula yang “TIADA”, dll……dll……….dl. Juga termasuk dalam sifat pun berpasang-pasangan seperti ada suka dan duka, ada tangis dan tawa, ada marah dan sabar, dll……..dll……..dll.
Sempurnanya Hidup jika yang berpasang-pasangan itu ada pada diri manusia, dan kesempurnaan itu di dapatkan apabila sang diri bisa membawa diri pada jalur Tengah diantara keduanya…. Artinya tetap tegak pada yang mengadakan ke dua hal yang berpasang-pasangan itu yaitu Tuhan Seru Sekalian Alam (Allah Swt).
Dan itulah pentingnya…… Ketauhidan, agar manusia berjalan di muka Bumi ini dalam mengarungi Hidup senantiasa terpelihara dari sifat berlebih-lebihan dalam mengagung-agungkan sesuatu tanpa sadar bahwa hanya Sang Hyang Kuasa lah (Allah Swt) sebenar2nya yang memiliki ke Agungan itu.
Banyak yang terjebak dari segala sesuatu sifat yang berpasang-pasangan itu, dengan berambisi untuk mendapatkan tujuan itu hanya semata-mata untuk memuaskan Diri nya sendiri, begitu pula ada yang berusaha sekuat tenaga dengan mempertahankan dirinya agar terhindar dari segala sesuatu yang membuat dirinya merugi. Saya katakan….. bahwa itu semua tidak lah salah!!!!, dan baik sekali. Akan tetapi jika itu semua di sandarkan pada Daya Upaya nya sendiri dengan merasa bisa berbuat sesuatu maka itulah mereka-mereka yang terjebak oleh ke DIRI an/ke EGO an yang ada pada dirinya (Hawa Nafsu).
Terus bagaimana dengan yang mengatakan bahwa : di Al-Qur’an…bukannya sudah di Firmankan bahwa : Apabila yang baik-baik dan benar itu datang dari pada Allah dan yang tidak baik atau yang buruk-buruk datang dari diri sendiri..????, bahkan yang menyampaikan itu buka hanya satu dua orang tetapi setiap Ustadz-ustadz, Kyai, Syech dan Majelis-majelis Ulama pun mengatakan demikian…. Lalu apakah masih bisa di bantah…???!!!!

Sungguh… Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya, akan tetapi yang perlu di renungkan adalah bahwa yang datang dari pada Allah itu sudah pasti Benar adanya dan tidak ada keragu-raguan di dalamnya dan hal itu berlaku bagi mereka-mereka yang telah tumbuh kesadaran di dirinya bahwa Allah senantiasa menyertainya di setiap langkahnya dari buka mata sampai tutup mata kembali 24 jam sehari semalam. Jika Allah senantiasa menyertainya dimana pun ia berada tentunya Allah akan memelihara dirinya dari pada keburukan-keburukan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik dengan cinta kasih Allah atas dirinya. Dan kalau toh mereka itu lalai, bukan disebabkan ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu) melainkan karena Fitrah dirinya memang dalam keadaan lupa. Tentunya Allah akan mengingatkan dirinya bahwa ia telah salah dan seketika itu akan membuat ia sadar bahwa kesalahan itupun datang dari pada Allah untuk mendidik ia tentang kebenaran dibalik kesalahan itu yang membuat dirinya semakin mengetahui akan Cinta Kasih Allah Amat sungguh-sungguh tiada taranya. Tentunya mereka itu adalah orang-orang yang telah tertanam pada dirinya ke Tauhidan yang sebenar-benarnya. Sehingga kesalahan yang terjadi atas dirinya karena kelalaiannya tadi bukan lah suatu hal yang buruk baginya melainkan suatu hal yang baik bagi dirinya, karena di dalamnya terdapat pelajaran-pelajaran dari Allah untuk di renungkan olehnya.
Adapun mereka yang tidak mengetahui akan ke Tauhidan itu, setiap waktunya dan setiap saatnya dalam ke adaan lalai karena ia merasa berbuat dengan daya upaya nya sendiri. Jangankan perbuatan-perbuatan atau kelakuan-kelakuan yang sudah nyata salah dan buruk, perbuatan baikpun, perbuatan yang benar pun seperti halnya menolong orang, baik dengan tamu, sopan santun, mencintai orang lain, bahkan termasuk amal ibadah sekalipun di dalam Sholatnya, Puasanya, Zakatnya, Hajinya, Wirid, Tasbih dll……..dll………dll……….., itu semua adalah BATIL, karena ia berbuat kebaikan itu di dasari oleh ke DIRI an/ke EGO an nya (Hawa Nafsu) dan itu semua terjadi karena ia lalai dari pada Kebenaran di balik ke DIRI an/ke EGO annya (Hawa NAfsu).
Jika demikian…… Sangat-sangat penting sekali Tahuid itu ya….????
BENAR..!!!!, Bahkan sangat berarti dan bermakna sekali dalam penerapan Hidup baik di Dunia maupun di Akhirat, agar tidak tertipu daya oleh ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu) yang ada pada dirinya. Jadi intinya adalah…. Bahwa ke DIRIan/ ke EGO an (Hawa Nafsu) itu bukan hanya membawa dirinya kepada hal-hal yang tidak baik saja melainkan juga membawa dirinya kepada hal-hal yang baik dan benarpun dalam hidup baik dari segi sosial maupun dalam Amal Ibadah. Segala sesuatu pekerjaan atau perbuatan bila di dasari oleh ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu), itu semua adalah BATIL. Dan itulah makna dari pada : “Kebaikan itu datang dari sisi Allah, dan keburukan itu datang dari diri sendiri”. Yang di maksud dengan diri sendiri adalah perbuatan yang dilakukan karena ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu)nya. Dan itu di sebabkan karena ia senantiasa dalam ke adaan lalai dari pada Ketauhidannya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah adalah BATIL dan tidak KEKAL.

Allah Swt ber firman :
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”. (QS, An Nahl : 96)

Katakanlah : “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah : “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah : “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah : “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (QS, Ar Ra’d : 16)

Wahai Insan…!!!!,
Beratuhidlah engkau….. dalam Kehidupanmu, dalam Gerak dan Diammu, Dalam Tidur dan Jagamu, dalam Sehat dan Sakitmu dan di setiap hari dari buka mata sampai tutup matamu begitupun juga dalam Amal Ibadahmu agar engkau tiada tertipu oleh sesuatu apapun yang ada pada ke DIRI an/ke EGO an (Hawa Nafsu)mu. Cukuplah….. Allah sebagai penglihatanmu, pendengaranmu, penciumanmu, perkataanmu dan nyawamu, masuk didalam ketauhidan Allah yang meliputi tiap-tiap segala sesuatu.
Dan untuk masuk dalam Ketauhidan yang demikian, maka bermula dengan mengenal terlebih dahulu kepada Allah Swt lalu kemudian dapatlah mentauhidkan-Nya. Mengenal dengan sebenar-benarnya pengenalan yaitu tidak hanya sebatas Teori belaka tetapi lebih pada merasakan kehadiran Allah Swt dekat sekali pada dirimu dan meliputi yang di luar dirimu. Yaitu dengan Rasa Pengrasa lah engkau benar-benar merasakan kehadiran-Nya bukan dengan merasa-rasakan, sebab merasa-rasakan itu adalah hanya bermain di logika Akal semata yang masih suka menimbang-nimbang iya atau tidak, benar atau salah…..
Adapun Rasa Pengrasa itu terdapat pada KESADARAN DIRI, karena mengerti bahwa memang Allah senantiasa Hadir dari dulu sampai sekarang dan sampai akan datang di setiap waktu. Hadir bukan karena di Hadir-hadirkan tetapi memang sudah QIDAM/SEDIA dalam ke Hadirannya, itulah Ma’rifat yang sesungguhnya dan sebenar-benarnya yaitu MA”RIFATULLAH namanya.
Dan setelah masuk dalam MARIFATULLAH yang demikian lalu dalam Haqqul Yaqin (Kebenaran ke Yakinan) tertanam Ketauhidan yang Sejati di balik segala sesuatu yang berpasang-pasangan, seperti yang sudah di uraikan di atas mengenai Kehidupan ini segala sesuatunya serba berpasang-pasangan. Jika ada siang pasti ada malam, ada gelap dan ada terang dst….dst….dst…
Di dalam Ketauhidan yang Sejati disitulah KEBENARAN SEJATI yang terlepas dari sifat yang berpasang-pasangan namun meliputi yang berpasang-pasangan. Bukan “A” dan Bukan “B”, tetapi meliputi “A” dan “B”. Bukan “INI” dan “ITU”, tetapi meliputi “INI” dan “ITU”. Itulah Al-Haq Bil-Haq dalam Maqom Laa Maqom (tempat yang tiada bertempat).
Dan untuk berjumpa dengan KEBENARAN SEJATI itu maka haruslah dikenali dan dimengerti serta lebur dalam Rasa Pengrasa pada “PILAR-PILAR TAUHID”, yaitu :
- Tauhidul Af’al (Esa dalam Af’al/perbuatan Allah)
- Tauhidul Asma’ (Esa dalam Nama Allah)
- Tauhidus Shifat (Esa dalam Sifat Allah)
- Tauhiduz Zat (Esa dalam Zat Allah)
Lalu…… bisakah semua Insan sampai pada Ketauhidan yang demikian…?????
Bisakah dan mampukah diri yang penuh dengan dosa ini masuk dalam Tauhid yang demikian…?????
Bisakah dan sanggupkah diri yang bodoh ini memahami Tauhid yang demikian…?????
Jawabnya….. Allah tidak pernah menutup diri-Nya kepada siapapun juga, dan tidak pernah merahasiakan diri-Nya kepada siapapun juga. Karena Allah itu Amat Maha Nyata senyata-nyatanya dan Maha menyatakan tiap-tiap segala sesuatu. Jadi tidak ada yang mustahil bagi siapapun untuk sampai kepada-Nya, tinggal manusia nya saja untuk pertama kalinya dan awal-awal sekali sebelum menuju kepada-Nya dalam MA”RIFATULLAH dan TAUHIDULLAH agar berserah diri dengan sebenar-benarnya penyerahan dan menenggelamkan dirinya dalam penyerahan diri itu yaitu menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa dirinya “Laa… Hawla Wa Laa….Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil Adziiim”. Dan untuk masuk dalam kesadaran yang demikian maka jalannya dengan mengenal akan Hakikat Ruh. bisa di baca di : KESADARAN AKAN RUH AWAL MENGENAL ALLAH
Semoga Allah senantiasa membimbing Nur-Nya kedalam Hati kita semuanya dan menuntun kita untuk dapat berserah diri sepenuhnya dalam Penyerahan Diri “Laa… Hawla Wa Laa….Quwwata Illaa Billaahil ‘Aliyyil Adziiim”, yang pada akhirnya akan sampai kepada perjumpa’an dengan Allah Swt.

Allah memberkati kita semuanya dan senantiasa beserta kita di mana pun kita berada.

Salam Takzim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar